Anjloknya harga batu bara akhir-akhir ini membuat sejumlah perusahaan pertambangan harus melakukan efisiensi. Tidak terkecuali perusahaan pertambangan di daerah ini.
Seperti PT Berau Coal misalnya, harus melakukan efisiensi dan fokus pada kegiatan yang berhubungan dengan rencana strategis perusahaan. Seperti produksi, pemasaran dan reputasi perusahaan.
“Efisiensi itu, juga kami mulai dari yang kecil,” kata Bintoro Prabowo, Manajer Public Relation perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) itu, kemarin (30/7).
Kendati demikian, pihaknya tidak melakukan pengurangan karyawan, meskipun harga batu bara cenderung turun. Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) terhadap masyarakat Berau pun tidak berpengaruh dengan anjloknya harga batu bara.
Pasalnya, kata dia, pihaknya telah mempunyai kontrak jangka panjang dengan pembeli. Disamping itu pihaknya pun telah membuat perencanaan lima tahunan yang telah ditetapkan. Sehingga, anjloknya harga batu bara tidak berpengaruh signifikan terhadap perusahaan.
“Tapi, Berau Coal tetap melakukan efisiensi untuk meningkatkan kinerja perusahaan,” ujarnya.
Sementara Edy Djumantara, Sekretaris PT Supra Bara Energi (SBE) juga mengaku anjloknya harga batu bara tidak terlalu berpengaruh signifikan, meskipun pihaknya hanya pemegang kuasa pertambangan (KP) di daerah ini.
Seperti PT Berau Coal, pihaknya pun telah mempunyai kontrak dengan buyer (pembeli). Sehingga produksi yang dilakukan pihaknya masih terus berjalan seperti biasa. “Tidak ada pengaruhnya,” ujarnya.
Untuk diketahui, anjloknya harga batu bara karena produksi yang melebihi permintaan. Di salah satu laman website menyebutkan, saat ini di Cina terjadi over stock. Sementara Cina merupakan salah satu tujuan ekspor batu bara Indonesia selain India, Korea Selatan dan Jepang.(end) radartarakan.co.id


