Tim Pengkaji ITS Paparkan Penyebab Amblas - Sosialisasi mengenai penyebab amblasnya Jalan Bujangga, Tanjung Redeb yang terjadi pada beberapa bulan lalu, akhirnya dilaksanakan Jumat (10/8) mulai pukul 08.30- 11.30 Wita kemarin di ruang rapat lantai III kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Berau.
Pemaparan penyebab amblasnya Jalan Bujangga itu menghadirkan Tim Pengkaji Independen dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya yang diketuai Profesor Indrasurya B Mochtar.
Indrasurya didamping tiga orang anggotanya, dalam menjawab berbagai pertanyaan masyarakat mengatakan, sesuai dengan hasil kajian tim dapat dikatakan bahwa penyebab amblasnya Jalan Bujangga bukan karena bencana alam yang tiba-tiba saja terjadi. Tetapi memang di sepanjang Jalan Bujangga tersebut merupakan daerah rawan bencana.
Dia mengatakan saat timnya melakukan survei di sepanjang bibir Sungai Segah atau di daerah rawan bencana dimaksud pada beberapa waktu lalu, ternyata beberapa titik lainnya sudah terkikis semua oleh arus air sungai.
“Kondisinya sudah parah dan tinggal menunggu saatnya saja. Kami cuma tidak tahu dan tidak bisa memastikan kapan, mungkin tidak sekarang tetapi secara pelan-pelan akan berpindah ke titik lainnya, karena arus air sungai terus menggerus. Makanya dengan survei itu, saya bersama teman-teman menyatakan bahwa sepanjang 1,5 kilometer mulai dari jembatan Inhutani itu masuk kategori daerah rawan bencana,” ujarnya.
Ketua tim pengkaji ITS, Indrasurya mengatakan, sesuai asumsi, yang layak dibangun di sepanjang jalan itu bukan hanya turap tetapi dibarengi dengan semacam palang penopang mulai dari sisi atas hingga ke dasar sungai.
Meski demikian, timnya tidak ingin mengatakan bahwa penyebab amblasnya Jalan Bujangga tersebut karena kesalahan perencanaan, tetapi kejadian tersebut disebabkan oleh frekuensi arus air sungai yang terus menggerus dan menyebabkan sepanjang titik tersebut semakin lama semakin tipis.
Lebih lanjut Indrasurya menjelaskan, kondisi sungai dalam beberapa tahun lalu dengan kondisi saat ini tidak bisa disamakan.
Sebab progres alur sungai terus berubah, demikian juga dengan kikisan air pada saat air pasang.
Alur sungai yang dulu berada di tengah, sekarang sudah mulai mepet ke pinggir sehingga dapat mempengaruhi tepi dan perut jalan. Pergeseran dan penggerusan bibir sungai ini juga bisa diakibatkan aktivitas alur kapal.
Dengan kondisi tersebut, kata Indra, pihaknya menawarkan tiga opsi pilihan atau alternatif penanganan kelongsoran. Yakni pertama, relokasi jalan nasional ke lokasi yang lebih jauh dari sungai.
Kedua, jalan tetap dipertahankan, tapi diperkuat dengan membangun konstruksi yang dapat melawan dan menahan gerusan.
Ketiga, melakukan rekayasa sungai dengan sistem river training,” tandasnya.
Sejumlah kalangan yang tampak hadir dalam pemaparan dan sosialisasi tersebut di antaranya Kepala Inspektorat Berau Suriansyah, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Berau Syahrial Noor, Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Berau Hadi Mustofa, tokoh masyarakat Bujangga Muhammad Idris, sejumlah asosiasi pelaksana konstruksi, aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), pers hingga sejumlah ketua-ketua RT setempat.
Di jejeran depan, tampak Kepala Dinas Pekerjaan Umum Berau Taupan Madjid beserta seluruh kepala bidang dan staf Dinas PU. (zis/kpnn/che)
Telah Dibaca: